iBerita.com - Sejak adanya kenaikan BBM, mata uang rupiah mengalami beberapa pelemahan. Setelah terus menerus mengalami pelemahan kini harapan terakhir untuk mempertahankan nilai rupiah dan meningkatkannya kembali ada pada Bank Indonesia (BI) sebagai bank sentral negeri ini. Tentu saja hal ini harus mendapat dukungan penuh dari pemerintah untuk mengatasi masalah yang dikhawatirkan akan mengganggu perekonomian dalam negeri.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan mainaikkan BI rate dan Fasilitas Simpanan BI (Fasbi) dalam dua bulan terakhir ini untuk menjaga agar nilai rupiah bisa tetap bertahan. Meski demikian, faktor dari luar khususnya di proyeksi perkembangan ekonomi di kawasan Asia dan China yang lebih rendah dari perencanaannya mengakibatkan perburuan dollar AS semakin meningkat demi menyelamatkan kekayaan mereka.
Kondisi ini ibaratnya seperti pertarungan yang tidak seimbang karena Bank Indonesia haru berjuang sendirian untuk melawan pasar. Maka pemerintah harus turun tangan membantu BI untuk memperbaiki iklim investasi agar dana-dana asing dapat mengalir ke Indonesia sehingga FDI meningkat. Selain itu diperlukan juga sediaan untuk insentif agar FDI masuk. Untuk mendukung hal itu, penyerapan anggaran harus dimaksimalkan penggunaannya agar terjadi percepatan pertumbuhan ekonomi.
Selain itu pemerintah juga harus mengupayakan surplus neraca perdagangan agar tidak mengalami defisit. Dan tentu saja inflasi harus dikendalikan, khususnya pada suplai dan impor bahan baku. Kenaikan BBM telah menyebabkan inflasi yang cukup tinggi maka pada sektor suplai dan produksi pemerintah harus berperan untuk menekan laju inflasi tersebut.
Untuk mengembalikan keaadaan itu diperlukan waktu yang cukup lama, sekitar 3 bulan ke depan. Karena upaya tadi harus segera dilakukan untuk menumbuhkan persepsi pasar yang baik. Dengan demikian diharapkan Rupiah kembali menguat di level 9000-10.000 rupiah.
0 komentar:
Posting Komentar