Home » » "Siswi SMP Tertabrak Bukan karena Metromini Tak Layak Jalan"

"Siswi SMP Tertabrak Bukan karena Metromini Tak Layak Jalan"

Written By Unknown on Rabu, 24 Juli 2013 | 10.29


JAKARTA, akikaseb.blogspot.com.com - Insiden tertabraknya tiga siswi SMP oleh bus Metromini di Rawamangun Jakarta Timur pada Selasa (23/7/2013) terjadi bukan bus tak layak jalan, melainkan karena sopir tidak siap. Demikian pandangan sejumlah sopir Metromini, di Terminal Blok M, Jakarta Selatan, Rabu (24/7/2013).


Tiga siswi yang tertabrak itu bernama Rahmi, Revi, dan Bennity. Mereka tertabrak Metromini bernomor polisi B 7669 AS yang dikemudikan WAS (35) di jalur busway dekat halte Transjakarta Layur, Jalan Pemuda, Rawamangun, Pulo Gadung, Jakarta Timur, Selasa (23/7/2013) sekitar pukul 16.00.


Tiga siswi itu mengalami cedera parah dan dirawat terpisah di rumah sakit berbeda. Sementara Rahmi dan Revi dibawa ke Rumah Sakit Antam, Bennity dirawat di Rumah Sakit Persahabatan. Bennity akhirnya meninggal dunia.


Menurut penyelidikan polisi, WAS mengemudi dalam keadaan sehat, tetapi bus Metromini itu berada dalam kondisi tak layak jalan. Salah satu acuannya adalah rem dan kopling yang diikat dengan karet ban dalam.


"(Kecelakaan terjadi) bukan gara-gara (rem dan kopling diikat karet). Sopirnya saja yang enggak sigap," kata Dapot, sopir Metromini S610 (Blok M-Pondok Labu), Rabu (24/7/2813) sore.


Menurut Dapot, biasanya rem dan kopling diikat dengan karet supaya kembali ke posisi semula setelah pedal dilepas. Dapot sendiri mengaku pernah mengemudikan bus Metromini dari yang kondisinya cukup baik hingga yang sangat buruk.


"Jadi, karena ada karet itu, maka sebenarnya Metromini enggak bisa dikebut maksimal. Kalau sudah biasa bawa Metromini, enggak akan menabrak orang lah," jelas Dapot yang mengaku sudah sepuluh tahun menjadi sopir Metromini.


Dapot juga menilai, kondisi Metromini yang beroperasi di wilayah Jakarta Timur dan Jakarta Pusat memang sangat parah ketimbang yang beroperasi di wilayah lain.


"Kalau Metromini kami, ada mekanik khususnya. Kalau rem dan kopling jelek, enggak bakal dipakai narik. Jadi, rata-rata di sini masih lebih bagus dibanding yang di sana," ungkap Dapot.


Hal senada dikatakan Darsono (41), sopir Metromini S69 jurusan Ciledug-Blok M.


"Kecelakaan tergantung sopirnya masing-masing, bukan mobil. Justru, kalau mobil jelek, enggak bisa ngebut. Memang banyak sopir yang suka ugal-ugalan, tapi banyak juga yang tidak. Jadi, kecelakaan tergantung sopir," terangnya.


"Biasanya (sopir ugal-ugalan) karena mengejar rit, jadi mau aplus, mau nguber jam buat sopir siangnya. Tapi, memang kadang karena ngejar penumpang juga," urai Darso.


Darsono mengutarakan, membawa bus dengan sistem setengah hari (bergantian dengan satu sopir lain), sebenarnya sudah cukup untuk mendapatkan setoran.


"Kalau mau uang agak lebih banyak, ya ngejar satu rit terakhir tanpa ngetem, dengan ngebut. Ini yang sering dibilang ugal-ugalan," papar Darso.


Saat ditanya mengapa hampir semua sopir Metromini beroperasi tanpa seragam, Darso menjawab, karena banyak sopir tak mampu beli seragam.


"Penghasilan kami berapa sih? Tapi, disuruh beli seragam yang bagi kami mahal sekitar Rp 50 ribu," kata Darso.


Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Blog Archive

 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. Akikaseb - All Rights Reserved
Template Created by Maskolis Proudly powered by Blogger