Home » » LAPORAN KHUSUS: Transfer Radamel Falcao, Contoh Bagaimana ...

LAPORAN KHUSUS: Transfer Radamel Falcao, Contoh Bagaimana ...

Written By Unknown on Kamis, 19 Desember 2013 | 16.40

Praktik agensi yang menyediakan dana transfer buat klub yang tak mampu membayar untuk talenta top menjadi sorotan tajam...


EKSKLUSIF KRIS VOAKES PENYUSUN DEDE SUGITA UEFA hendak melarangnya, FIFA ingin menyingkirkannya, sementara otoritas sepakbola Inggris dan Prancis telah menyatakannya ilegal, tapi kepemilikan pihak ketiga tetap sangat menonjol dalam sepakbola modern dan transfer Radamel Falcao menuju AS Monco kembali menghadirkan fokus tajam ke praktik tersebut.


Kepindahan Falcao dari Atletico Madrid musim panas lalu menjadi hal yang seakan tak terelakkan mengingat status kepemilikan striker Kolombia itu yang sebagian dimiliki oleh satu dari banyak perusahaan investasi yang bisnisnya adalah membeli porsi besar status pemain di usia muda agar mengeruk keuntungan dalam jangka panjang.


Ini merupakan operasi yang membuat klub dapat mengakusisi pemain yang tak mampu mereka beli, hanya untuk kemudian cuma punya sedikit, atau sama sekali tak ada, hak suara dalam penjualan di masa datang. Grup Doyen Sports, sebuah perusahaan penyedia dana bertaraf internasional, dikabarkan menggenggam porsi besar kepemilikan sang striker, meski Atleti juga mengklaim bahwa mempunyai 100 persen hak ekonomisnya selama periode Falcao di Madrid. Falcao terdaftar di situs resmi Doyen namun tak ada penjelasan apakah sang pemain hanya diwakili oleh grup tersebut atau mereka memiliki ketertarikan finansial dalam registrasinya di masa silam. Ketika dimintai komentar oleh Goal, pihak Doyen menolak merespons.


Rekening tercatat mantan klub Falcao, Porto, menunjukkan sejumlah biaya yang mesti dikeluarkan klub terkait si pemain selama tahun 2010-11 sekitar €20 juta, dengan kebanyakan nominal ini diklaim dalam pernyataan klub sebagai "servis perantara".


KOLAM PEMAIN DOYEN


Abdelaziz BarradaAlex SerranoAlvaro BustosAlvaro Negredo (foto)Baba DiawaraDorlan PabonEliaquim MangalaFelipe AndersonFormose MendyGeoffrey KondogbiaJoshua GuilavoguiJose Antonio ReyesManu del MoralMarcos Alberto RojoNeymar JrOla JohnRadamel FalcaoRuben PerezMiroslav StevanovicSteven DefourZakaria Labyad*Sumber: Doyensports.com


Faktanya, dalam rekening 2010-11 yang mencakup juga penjualan Falcao, tertera bahwa Porto memiliki 100 persen hak registrasi untuk hanya enam pemain dalam skuat first-team mereka, yang menunjukkan sedemikian tingginya ketergantungan mereka pada praktik ' part-ownership' dengan klub-klub dan agensi-agensi lain.Atletico diyakini mengikuti metode serupa tatkala membeli Falcao. Sebelum menggelontorkan dana guna mengangkut sang striker, mereka terpaksa menjual sejumlah pemain termasuk David de Gea ke Manchester United pada Juni 2011 dan Sergio Aguero ke Manchester City pada bulan berikutnya demi mengatasi peningkatan utang yang mengharuskan mereka menaikkan anggaran lebih dari €200 juta dalam tempo singkat. Tetapi tiga minggu setelah penjualan Aguero, pada pertengahan Agustus 2011, secara mengejutkan mereka menyepakati transfer senilai €40 juta untuk pemain Kolombia itu.Tokoh sentral dalam kesepakatan untuk Falcao adalah Jorge Mendes, agen Cristiano Ronaldo dan Jose Mourinho. Mendes, bersama mantan ketua eksekutif Manchester United dan Chelsea, Peter Kenyon, yang terlibat dalam pembentukan Doyen Sports. Dalam 12 bulan terakhir, perwakilan David Beckham, Simon Oliveira, disuntikkan ke dalam staf Doyen sebagai managing director, sementara hak komersial Neymar juga berhasil diamankan.Grup Doyen kerap dikabarkan memiliki sekurangnya 55 persen dari registrasi Falcao untuk kedua tim dalam penjualannya dari Porto ke Atletico, yang mengindikasikan bahwa, bila perusahaan mempertahankan minat pada sang pemain, pengeluaran klub Spanyol tersebut sejatinya bisa jauh lebih rendah dari biaya total €40 juta mengingat mereka hanya menebus porsi Porto untuk hak si pemain dan Doyen mempertahankan porsinya.Terlepas dari hal ini, level utang Los Colchoneros berarti bahwa, berapa pun nominalnya, itu sulit dipenuhi dan Porto mengancam melaporkan Atleti kepada FIFA dan memperkarakan masalah ini ke ranah hukum. Tak lama setelahnya, Doyen Sports mulai tampak sebagai sponsor utama klub pada perlengkapan olahraga kubu Vicente Calderon, sebuah langkah mengejutkan bagi perusahaan tanpa ketertarikan jelas terhadap konsumen.


Situs resmi Doyen menunjukkan pemain-pemain yang kemungkinan diminati grup tersebut, tetapi tak ada klarifikasi terkait seberapa besar kepemilikan klub pada kebanyakan pemainnya, menyiratkan betapa rendahnya akuntabilitas para agen dan pihak ketiga dalam kerangka kerja FIFA. Terdapat beberapa artikel berita penting yang menjelaskan bahwa grup tersebut membayarkan 50 persen untuk kepindahan Dorlan Pabon ke Valencia dan merogoh jumlah serupa dalam pembelian Joshua Guilavogui tapi tanpa penjelasan penuh tentang ketertarikan pada pemain-pemain lain sangatlah kurang.


Detail yang diamati Goal melalui sumber yang dekat dengan Atletico menunjukkan bahwa klub Spanyol itu mungkin hanya memperoleh sedikit sekali keuntungan sebagai konsekuensi saga Falcao.


Setelah musim debut fantastis di Spanyol, pemain Kolombia itu sepakat untuk bergabung dengan Chelsea tapi berubah pikiran dan memilih bertahan di Madrid menyusul permohonan dari pelatih Diego Simeone dan jajaran direksi. Sebagai imbalan atas loyalitasnya, Falcao dijanjikan bagian besar dari klausul pelepasannya, yang telah diturunkan, sehingga ketika ia dijual seharga €60 juta musim panas lalu, sebenarnya hanya €45 juta yang dibayarkan Monaco kepada Atleti, dengan sisanya dibayarkan kepada sang pemain sendiri.


Alhasil, Atletico hanya menghasilkan profit €5 juta dari investasi awal €40 juta. Akan tetapi, dalam kenyataannya, mereka bahkan mungkin memperoleh lebih sedikit karena dana ekstra tersebut telah dibayarkan kepada Doyen, dengan investasi pihak ketiganya pada sang pemain berarti mereka berhak mendapatkan lebih dari €22 juta yang dipinjamkan kepada Atletico untuk tujuan pembelian Falcao pada musim panas 2011.


Dengan Falcao telah pergi, Atletico membayarkan cicilan lain kepada Porto musim panas lalu (sekitar €7 juta) dan masih berutang kepada tim Portugal itu di kisaran €5 juta, dengan angsuran terakhir bakal dibayarkan tahun depan -- lebih dari 12 bulan setelah kepergiannya.


Permohonan | Simeone membujuk Falcao untuk bertahan di Calderon setahun lebih lama


Pada akhirnya, terlihat bahwa Los Rojiblancos menghasilkan sedikit sekali dari penjualan Falcao sehingga mereka, mungkin, cukup beruntung telah menyiapkan calon pengganti sejak awal dalam diri Diego Costa.


Pada saat penjualan Falcao terlaksana musim panas lalu, banyak klub yang telah menaruh minat pada pemain 27 tahun itu terpaksa mundur karena bursa lantaran tingginya harga yang mesti dibayarkan. Monaco, bersama Chelsea dan Real Madrid, termasuk dalam sekelompok kecil klub yang mampu membayarkan biaya transfer yang diperlukan untuk membeli keseluruhan hak ekonomis Falcao sehingga melenyapkan hak pihak ketiga yang memang dilarang dalam aturan sepakbola Prancis. Tetapi, ketika tuntutan gaji dari sang pemain menyentuh angka €14 juta setahun, Monaco menjadi satu-satunya pembidik tunggal, sebagian disebabkan keuntungan aturan pajak di negara mereka.


Apa pun argumennya, mantan bos tim nasional Kolombia, Francisco Maturana, meyakini Falcao memang pantas dihargai mahal.


"Falcao adalah kandidat potensial untuk Ballon d'Or," ujar Maturana kepada Goal. "Sejak dia di Porto dan Atletico, dan sekarang di Monaco, semua yang dilakukannya berkualitas top. Saya sempat bekerja dengannya ketika dia berada di tim junior Kolombia dan Anda dapat melihat dia memiliki talenta luar biasa."


"Adalah keputusannya meningalkan Atletico untuk menuju Monaco. Itu keputusan personal yang mesti Anda hormati. Monaco membayarkan dana tersebut karena mereka menganggap dia memang sepadan dengan nominalnya dan mereka mampu memenuhinya. Saya yakin dia dapat membuat bangga dirinya sendiri dan negaranya di sana dan saya yakin sepenuhnya dia bisa sukses ke mana pun dia pergi dan telah menjustifikasi investasi yang dibuat untuknya."


Tetapi risiko kepemilikan pihak ketiga juga telah disorot oleh banyak figur pemimpin di dunia sepakbola. Belum lama ini presiden Lazio, Claudio Lotito, menjadi orang terbaru yang mempertanyakan investasi semacam itu saat upaya Biancocelesti mendatangkan Felipe Anderson dari Santos terganjal oleh 50 persen porsi Doyen terhadap pemain Brasil itu.


Kepada Radio Radio Lotito menuturkan: "Kami tak akan dikondisikan oleh tindak pemerasan."


"Sang pemain ingin datang ke Lazio, klub-klub bersepakat, tapi siapa pun yang memiliki persentase kepemilikannya menggunakan itu sebagai bentuk pemerasan dan saya tak setuju."


Mungkin "pemerasan" merupakan deskripsi ekstrem, tapi jelas bahwa ketika Lotito pada akhirnya memboyong Anderson, dia tetap tak senang dengan bagaimana operasi tersebut dijalankan.


Perusahaan investasi membeli sebagian dari prospek terkait sepakbolaSebuah klub yang tak mampu membeli talenta pemain tertentu diberi keuntungan untuk hanya membayar persentase kecil dari hak ekonomis sang pemain tapi memiliki hak penuh untuk memainkannyaTransfer di antara klub-klub dapat sangat dipengaruhi oleh keinginan pemilik sang pemainPara pemain dari klub-klub rival kerap dimiliki oleh grup investasi yang sama, sehingga menimbulkan konflik kepentingan

Seperti dijelaskan seorang agen pemain berpengaruh dengan pengalaman reguler di bursa Amerika Selatan, yang meminta namanya dirahasiakan, kepada Goal, agen-agen kerapkali memiliki hak final dalam situasi pihak ketiga.


"Tak pernah ada dua kasus yang benar-benar sama dan tak selalu pemegang porsi mayoritas yang memutuskan apa yang terjadi. Ketika pembiayaan awal untuk sang pemain dilakukan, seringnya terdapat ketentuan soal siapa yang membuat keputusan terkait sepakbola," tuturnya.


"Namun dalam bisnis apa pun, dia yang memiliki kekuatanlah yang membuat keputusan. Seringkali, pihak pemegang kontrak tak punya latar belakang sepakbola sama sekali, berasal dari bidang bisnis lain, dan mereka harus bergantung pada para penasihatnya untuk memastikan investasi mereka tumbuh."


Pendiktean karier seorang pemain oleh para pembuat keputusan nonsepakbola adalah keprihatinan nyata untuk badan-badan otoritas sepakbola. Tetapi walaupun sekretaris jenderal UEFA, Gianni Infantino, baru-baru ini meminta FIFA untuk menetapkan praktik ini ilegal, lembaga tertinggi sepakbola itu sejauh ini tak mampu mengambil konklusi soal cara teradil untuk mengakhiri skema perdagangan ini.


"Ini tak akan diterima di masyarakat dan tak punya tempat dalam sepakbola," ujar Infantino di laman resmi UEFA dalam upaya melobi FIFA.


"Para pesepakbola [seperti semua orang lainnya] semestinya memiliki hak untuk menentukan masa depan mereka sendiri. Klub-klub sebaiknya tidak bergantung pada investor pihak ketiga untuk mengakusisi pemain-pemain yang sedari awal memang tak mampu mereka beli."


"Dalam jangka panjang, ini tak baik untuk klub ataupun sang pemain."


FIFA telah menyampaikan kepada Goal bahwa mengeluarkan larangan untuk praktik tersebut di seluruh dunia sedang ditelaah dengan saksama karena apabila aturan saat ini diterapkan, sementara pengaruh klub-klub pada pihak ketiga dinyatakan ilegal, hal tersebut tak akan mengetasi problem terkait perusahaan investasi yang memiliki hak pemain.


"Pertanyaan tentang kepemilikan pihak ketiga pada hak ekonomis pemain adalah masalah yang sedang didiskusikan dalam berbagai level komunitas sepakbola internasional," ucap seorang juru bicara FIFA.


"Pendekatan FIFA terhadap masalah ini adalah untuk melarang pengaruh pihak ketiga pada klub-klub, di mana tak ada pihak ketiga yang memiliki pengaruh pada pemilihan klub-klub dalam urusan perekrutan dan transfer."


"Di saat bersamaan, dengan mempertimbangkan bahwa saat ini terdapat pendekatan aturan berbeda di banyak anggota asosiasi FIFA, FIFA telah memandatkan sebuah riset demi mengetahui pendekatan aturan yang bervariasi tersebut. Hasil riset ini akan dibahas dalam diskusi dalam komisi-komisi kompeten FIFA di pertemuan-pertemuan yang akan datang."


Namun mengingat besarnya jaringan perusahaan yang terlibat dalam cakupan luas para pemain, khususnya di Amerika Selatan, berarti FIFA perlu berhati-hati dalam penanganan mereka dengan upaya mengenyahkan praktik yang pengaruhnya terus meningkat ini.


Untuk sementara ini, mungkin akan ada lebih banyak 'situasi Falcao', dengan para pemain diarahkan menuju klub tertentu bukan oleh hati atau kepala mereka, tapi oleh pengatur mereka.


Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Blog Archive

 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. Akikaseb - All Rights Reserved
Template Created by Maskolis Proudly powered by Blogger